Thursday, February 17, 2011

Skenario Tuberkulosis Paru

Batuk Lama

Seorang perempuan umur 50 tahun dating ke UGD RSU-FKUKI dengan keluhan sesak napas disertai hemoptoe. Sudah lebih dari tiga minggu penderita batuk, dan meriang, napsu makan berkurang sehingga berat badan menurun 5 kg. Pada malam hari penderita sering berkeringat yang berlebih sampai ganti baju.

Pada pemeriksaan fisik frekuensi pernapasan 40 kali per menit, suhu 37, 8 oC. paru kiri normal. Paru kanan tertinggal, vocal fremitus menurun, bagian paru atas redup, basal paru pekak. Bising napas dasar kanan atas vesikobronkial, bagian bawah bising napas lemah.

Pemeriksaan laboratorium LED meningkat, hitung limfosit meningkat. Foto thoraks tampak bayangan perselubungan homogeny dengan meniscus sign setinggi iga III kanan belakang.

Tugas :

Jelaskan apa yang terjadi dan bagaimana penatalaksanaan pada penderita ini?

Seven Jump

1. Kata Sulit

· Hemoptoe : Hemoptoe adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah atau sputum yang berdarah. Batuk darah adalah batuk yang disertai pengeluaran darah dari paru atau saluran pernapasan.

· Paru kanan tertinggal : pada tuberculosis paru lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal. Bagian paru yang sakit (paru kanan) jadi menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya. Ketika menarik napas paru kanan tertinggal atau tidak mengembangkan dada tidak seperti paru kiri.

· Vocal fremitus : getaran yang teraba saat melakukan palpasi dada ketika pasien mengucap kan “sembilan Sembilan” atau “seven seven”.

· Vesikobronkial : kombinasi suara nada tinggi dengan inspirasi dan ekspirasi yang jelas dan tidak ada silent gaps.

2. Perumusan Masalah

1. Apa yang menyebabkan timbulnya gejala-gejala (sesak napas, hemoptoe, batuk, dan meriang) pada pasien?

2. Mengapa pasien sering berkeringat pada malam hari?

3. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan?

4. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium pasien?

5. Apa yang terjadi pada pasien?

6. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit tersebut?

3. Curah Pendapat

1. Gejala-gejala yang dialami oleh pasien dikarenakan :

a. Sesak napas : pada keadaan masih ringan belum ada sesak napas. Sesak napas akan dirasakan apabila infiltrasi dari bakteri M. Tuberkulose telah meliputi setengah bagian paru.

b. Batuk dan Hemoptoe : batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Kemungkinan batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah peradangan bermula. Hemoptoe karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

c. Meriang atau demam tinggi : biasanya subfebril menyerupai influenza. Kadang mencapai 40-41oC. berat ringan demam tergantung dari daya tahan tubuh pasien erhadap infeksi kuman tuberculosis yang masuk.

2. Keringat pada malam hari atai hyperhidrosis : hiperhidrosis sekunder pada penderita TB Paru dapat terjadi akibat dari demam dari kelenjar keringat TBC yang terlalu aktif (American Academy of Dermatology).

3. Interpretasi dari pemeriksaan fisis :

a. Frekuensi napas 40 kali per menit : infeksi bakteri M. Tuberkulosis menimbulkan bintil-bintil pada dinding alveolus. Jika penyakit ini menyerang dan dibiarkan semakin luas, dapat menyebabkan sel-sel paru-paru mati. Akibatnya paru-paru akan kuncup atau mengecil. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya frekuensi napas.

b. Suhu 37.5 oC : disebabkan infeksi dari kuman M. Tuberkulosis, biasanyanya subfbril menyerupai influenza, hal ini yang menyebabkan banyak orang mengira hanya terkena influenza biasa. Tinggi rendahnya demam dipengaruhi daya tahan tubuh terhada infeksi.

c. Vocal Fremitus menurun : vocal fremitus atau getaran di dada pada pemeriksaan palpasi dada ketika pasien mengucapkan “Sembilan Sembilan” dikarenakan adanya redaman getaran suara yang diakibatkan adanya efusi pleura apabila infeksi kuman sudah mencapai pleura.

d. Paru atas redup dan vesikobronkial : adanya lesi di apeks paru. Adanya infiltrate yang agak luas di daerah ini maka didapatkan perkusi yang redup dan terdengan vesikobronkial pada pemeriksaan auskultasi.

e. Paru bawah pekak, bising napas lemah, dan peru kanan tertinggal : paru bawah pekak, bising napas lemah, dan paru kanan tertinggal didapatkan apabila infksi dari kuman M. Tuberkulosis mencapai pleuran yang menyebabkan terjadinya efusi pleura.

4. Interpretasi dari pemeriksaan laboratorium :

a. LED meningkat : peningkatan LED merupakan indikasi adanya keadaan infeksi tertentu, pada kasus TB Paru contohnya. Peningkatan LED terutama karena adanya peningkatan kadar leukosit/sel darah putih. Apabila LED cukup tinggi akan dipastikan lebih lanjut penyebab infeksi dengan pemeriksaan penunjang lain, seperti pemeriksaan sputum maupun kultur dari kuman.

b. Hitung limfosit meningkat : peningkatang limfosit dikarenakan reaksihipersensitivitas selular (lambat) dikarenakan respon imun tubuh terhadap infeksi kuman M. Tuberkulosis.

c. Foto thoraks bayangan homogeny : segmen apeks dan posterior lobus atas atau segmen superior lobus bawah merupakan tempat-tempat yang sering menimbulkan lesi yang menyebabkan terlihat homogeny dengan densitas yang lebih pekat.

5. Pasien terjangkit Tb Paru karena terinfeksi oleh M. Tuberkulosis biaanya terjadi secara inhalasi. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei. Untuk menegakkan diagnosis pasien dapat dilakukan berbagai cara melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan fisik pasien ditemukan adanya penurunan fremitus suara yang diakibatkan penebalan peura yang dapat mengarahkan diagnosis kea rah TB Paru. Pada pasien juga ditemukan adanya batuk darah atau hemoptoe yang dikarenakan pecahnya pembuluh darah di bronkus yang biasanya bersamaan dengan dikeluarkannya sputum.

6. Pengobatan TB terutama pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi. ATS (1994) menekankan tiga prinsip dalam pengobatan TB yang berdasarkan pada : (1) regimen harus termasuk obat-obatan multiple yang sensitive terhadap mikroorganisme, (2) obat-obatan harus diminum secara teratur, dan (3) terapi obat harus dilakukan terus-menerus dalam waktu yang cukup. Obat-obatan untuk pengobatan TB pada orang dewasa (Dosis dalam mg/kg) :

Nama Obat

Harian

Dua kali seminggu

Tiga kali seminggu

Obat Lini Pertama

Isoniazid (INH)

5 (300 mg)

Maks 15 (900 mg)

Maks 15 (900 mg)

Rifampin (RIF)

10 (600 mg)

10 (600 mg)

10 (600 mg)

Rifabutin (RFB)

5 (300 mg)

5 (300 mg)

Tidak diketahui

Piranizamid

15-30 (2 g)

50-70 (4 g)

50-70 (3 g)

Etambutol

15-25

50

25-30

Streptomisin

15 (1 g)

25-30 (1.5 g)

25-30 (1,5 g)

Obat Lini Kedua

Kapreomisin

15-30 (1 g)

-

-

Etionamid

15-20 (1 g)

-

-

Sikloserin

15-20 (1 g)

-

-

4. Hipotesis

1. Ada hubungan infiltrasi bakteri M. Tuberkulosis dengan TB Paru dan gejala yang menyertainya.

2. Pengobatan TB Paru yang tidak adekuat dapat menyebabkan Tuberkulosis Pasca Primer dan TB resisten obat.


5. Mind Mapping

6. Tujuan Pembelajaran

1. Fisiologi paru-paru

2. Etiologi TB Paru

3. Patofisologi TB Paru

4. Pemeriksaan penumjang TB Paru

5. Penatalaksanaan TB Paru

4 comments:

  1. Gileee gabriel mantong mantep banget lah, primadona kelompok A16 nih

    ReplyDelete
    Replies
    1. liat tanggal pembuatan..kayaknya bukan mantong deh..hahahha

      Delete